Jakarta -
"Kutuliskan namanya di batu agar dia bisa menjadi jodohku."
Helikopter
berputar-putar di atas langit. Puluhan burung merpati berterbangan.
Siang begitu panas menyengat. Seorang perempuan berbaju hitam-hitam
dengan muka tertutup cadar sibuk menorehkan spidol di atas batu.
Perempuan
bercadar itu menuliskan sebuah nama, di atas batu di Jabal Rahmah,
Arafah. Ia tidak peduli meski diingatkan tidak boleh mencoret-coret
batu. Di batu tempat perempuan itu menulis, sudah penuh tertera
nama-nama lainnya termasuk nama Tono, Shobirin dan nama orang Indonesia
lainnya.
Aksi corat-coret tidak hanya dilakukan perempuan
bercadar itu sendirian. Beberapa orang lainnya juga melakukan aktivitas
yang sama.
Jabal Rahmah atau juga disebut Bukit Cinta merupakan
bukit kecil yang menyembul di Padang Arafah. Tingginya sekitar 30 meter.
Ia berbeda dengan bukit lainnya karena ada tugu putih di puncaknya.
Di
bukit inilah Nabi Adam dan Hawa bertemu untuk pertama kalinya setelah
terpisah 100 tahun sejak keluar dari surga. Pertemuan itu diriwayatkan
diikuti munculnya cahaya terang matahari dan membebaskan bumi dari
kegelapan.
Karena menjadi tempat bersejarah pertemuan nenek
moyang manusia itu, maka Jabal Rahmah pun diyakini menjadi tempat makbul
berdoa khususnya doa untuk mendapatkan jodoh. Maka para jamaah calon
haji yang mendatangi Arafah, tempat wukuf, tidak lupa menziarahi Jabal
Rahmah dan berdoa di puncaknya.
Berdoa sebenarnya cukup dilakukan
secara lisan. Namun banyak jamaah yang tidak puas dengan doa
'sederhana' tersebut. Mereka pun melakukan berbagai gaya agar merasa
afdhol dalam berdoa, salah satunya ya dengan menuliskan nama orang yang
mencari jodoh atau orang yang ingin dijadikan jodohnya di batu-batu
Jabal Rahmah.
"Kutuliskan namanya di batu di Jabal Rahmah agar dia bisa menjadi jodohku," kata seorang pria jamaah dari Jawa Tengah malu-malu.
Jamaah
itu mengaku tidak tahu kalau menuliskan nama di batu-batu di Jabal
Rahmah dilarang. Ia hanya mengikuti tingkah jamaah lainnya dan agar
merasa 'mantap' doanya bisa dikabulkan.
Awalnya, bukan batu yang
menjadi sasaran corat-coret jamaah, namun tugu putih di puncak bukit.
Kini askar menjaga tugu dan dengan keras memarahi jamaah yang berusaha
menulis ataupun meratap-ratap di depannya. Karena tugu dijaga ketat,
jamaah pun beralih mencoret batu-batu.
Selain menulis di batu,
cara salah kaprah lainnya yang dilakukan jamaah adalah menaruh foto
bahkan KTP atau 'surat'. Di depan tugu, misalnya ada sepasang suami
istri berdoa khusuk sekali dengan tangan memegang foto. Sambil mengucap
doa, sepasang suami istri itu memandang foto yang dipegangnya. Usai satu
foto dikeluarkan lagi foto lainnya.
"Saya mendapat titipan doa
dari 20 orang agar segera mendapatkan jodoh. Ada yang memberi foto ada
yang tidak. Katanya kalau dengan foto lebih makbul," kata seorang jamaah
asal Kendal.
Usai berdoa, jamaah itu menaruh foto tersebut di
balik batu. Di puncak Jabal Rahmah memang tersebar banyak sekali foto.
Di balik foto tersebut dituliskan sebuah nama, alamat tapi ada juga yang
dibiarkan kosong begitu saja. Selain foto, ada juga yang menyelipkan
surat di balik batu.
Selain tugu, sebenarnya tidak ada yang
istimewa di atas Jabal Rahmah. Di puncak bukit, yang terlihat hanya
orang berdoa, dan pedagang yang berjualan cindera mata. Selebihnya
pemandangan di Bukit Cinta ini sebenarnya memprihatinkan, aneka sampah
plastik bekas botol minuman, pembungkus biskuit, bertebaran di
sana-sini.
Lebih menyedihkan lagi, sepanjang anak tangga bukit, para pengemis berjejeran.
Tapi
turun dari bukit, pemandangan menyedihkan itu mungkin akan sedikit
terlupakan. Di saat lelah dan di tengah panas terik, tiba-tiba saja
gerimis kecil akan menyiram jamaah. Gerimis itu gerimis buatan yang
keluar dari tiang-tiang di kaki bukit. Dan bila mendongak ke atas, di
antara rintik gerimis itu puluhan burung-burung berterbangan. Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar